Pada tahun 1289 utusan Khubilai Khan dating untuk meminta pengakuan tunduk dariraja Kertanegara, yaitu Meng-Ch’I ditolak dan dilukaimukanya. Penganiayaan terhadap utusan Khubilai Khan itu dianggap sebagai penghinaan besar dan merupakan pengumumanperang. Tidaklah mengherankan bahwa setelah Meng-Ch’I kembali menghadap Khubilai Khan, ia menjadi marah dan memutuskan untuk mengirim pasukan yang kuat untuk menggempur Jawa pada awal tahun 1292 berangkatlah tentara Mongol untuk menaklukkan Jawa dipimpin oleh tiga orang panglima perang, yaituShih-pi, Ileh mi-shih daan Kau Hsing.
Tetapi keruntuhan kertanegara dating dari arah lain. Disebutkan bahwa kerajaan Kadiri telah dikalahkan oleh Sri Rajasa, buyut Raja Kertanegara. Kadiri dihancuran, tetapi tetap diperintah oleh keturunan raja Kertajaya dengan mengakui kepemimpinan Singhasari. Sejak tahun 1271 Jayaketwang, salah seorang keturunan raja Kertajaya memerintahkan di Gelang-gelang. Raja Kertanagara telah mengambil langkah untuk menjaga hubungan poliyik yang baik dengan Jayakatwang, yaitu dengan jalan mangambil anak yang bernama Arddharaja sebagai menantunya, demikian pula saudara perempuan Raja Kertanagara yang bernama Turukbali menjadi istri raja Jayakatwang. Akan tetapi karena hasutan patihnya, Jayakatwang bertekad akan membalas dendam kematian leluhurnya oleh leluuhur raja Kertanagara, oleh sang patih ditunjukkan dharma seorang kesatrya yang harus menghapus aib diderita oleh leluhurnyaa itulah sebabnya Jayakatwang memberontak mengangkat senjata terhadap raja Kertanagara.
Kitab paraton menambah bahwa dalam usaha meruntuhkan Kerajaan Singhasari itu Jayakatwang mendapat bantuan dari Arya Wiraraja, Adipati Sungenep yang telah dijatuhkan dari keratin oleh raja kertanagara Wiraraja itulah yang memberitahukan kepada Jayakatwang kapan waktu yang tepat untuk menyerang Singhasari, yaitu pada waktu sebagian kekuatan tentara Singhasari sedang ada di Melayu.
Serangan Jayakatwang dilancarkan antara pertengahan Mei dan pertengahan bulan Juni 1292. Prasasti Kudadu yang beangka tahun Saka 1216 (11 eptember 1294) maupun kitab Pararaton membayangkan bahwa tentara Kadiri dibagi dua menyerang dari dua arah. Pasukan yang menyerang dari utara rupa-rupanya hanya sekedar untuk menarik pasukan Singhasari dibawah pimpinan Wijaya dan Arddharaja menyerbu ke utara dan mengejar musuh yang selalu bergerak mundur maka pasukan Jayakatwang yang menyerang dari arah selatan menyerbu ke keratin dan dapat membunuh raja Kertanagara yang menurut Kitab Pararaton sedang bermabuk-mabukan. Sumber lain menyebutkan bahwwa raja Kertanagara meninggal bersama para Brahmana, jadi rupa-rupanya raja sedang melakukan upacara keagamaan dengan gugurnya raja Kerrtaanagara. Pada tahun 1292 seluruh kerajaan Sinhasari dikuasai oleh Jayakatwang. Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.
Tetapi keruntuhan kertanegara dating dari arah lain. Disebutkan bahwa kerajaan Kadiri telah dikalahkan oleh Sri Rajasa, buyut Raja Kertanegara. Kadiri dihancuran, tetapi tetap diperintah oleh keturunan raja Kertajaya dengan mengakui kepemimpinan Singhasari. Sejak tahun 1271 Jayaketwang, salah seorang keturunan raja Kertajaya memerintahkan di Gelang-gelang. Raja Kertanagara telah mengambil langkah untuk menjaga hubungan poliyik yang baik dengan Jayakatwang, yaitu dengan jalan mangambil anak yang bernama Arddharaja sebagai menantunya, demikian pula saudara perempuan Raja Kertanagara yang bernama Turukbali menjadi istri raja Jayakatwang. Akan tetapi karena hasutan patihnya, Jayakatwang bertekad akan membalas dendam kematian leluhurnya oleh leluuhur raja Kertanagara, oleh sang patih ditunjukkan dharma seorang kesatrya yang harus menghapus aib diderita oleh leluhurnyaa itulah sebabnya Jayakatwang memberontak mengangkat senjata terhadap raja Kertanagara.
Kitab paraton menambah bahwa dalam usaha meruntuhkan Kerajaan Singhasari itu Jayakatwang mendapat bantuan dari Arya Wiraraja, Adipati Sungenep yang telah dijatuhkan dari keratin oleh raja kertanagara Wiraraja itulah yang memberitahukan kepada Jayakatwang kapan waktu yang tepat untuk menyerang Singhasari, yaitu pada waktu sebagian kekuatan tentara Singhasari sedang ada di Melayu.
Serangan Jayakatwang dilancarkan antara pertengahan Mei dan pertengahan bulan Juni 1292. Prasasti Kudadu yang beangka tahun Saka 1216 (11 eptember 1294) maupun kitab Pararaton membayangkan bahwa tentara Kadiri dibagi dua menyerang dari dua arah. Pasukan yang menyerang dari utara rupa-rupanya hanya sekedar untuk menarik pasukan Singhasari dibawah pimpinan Wijaya dan Arddharaja menyerbu ke utara dan mengejar musuh yang selalu bergerak mundur maka pasukan Jayakatwang yang menyerang dari arah selatan menyerbu ke keratin dan dapat membunuh raja Kertanagara yang menurut Kitab Pararaton sedang bermabuk-mabukan. Sumber lain menyebutkan bahwwa raja Kertanagara meninggal bersama para Brahmana, jadi rupa-rupanya raja sedang melakukan upacara keagamaan dengan gugurnya raja Kerrtaanagara. Pada tahun 1292 seluruh kerajaan Sinhasari dikuasai oleh Jayakatwang. Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.