Cara pembuatan candi singosari ini dengan cara menumpuk batu andhesit hingga ketinggian tertentu selanjutnya diteruskan dengan mengukirdari atas baru turun kebawah (Bukan seperti membangun rumah saat ini). Candi terletak pada lembah diantara Pengunungan tengger dan gunung Arjuna diketinggian 512M di atas permukaan laut. Dengan pemberian nama candi menaraoleh orang Belanda karena bentuk candi tersebut mnyerupai bentuk menara. Seorang ahli purbakala bngsa Eropa lainya bernama W.F Stutteirheim, pernah member nama candi ini dengan sebutan “Candi Cella” sebagai ganti dari candi menara. Alasanya karena candi tersebut memiliki celah seebanyak empat buah pada dinding-dinding dibagian tubuh candinya. Tetapi nama tersebut tidak banyak yang memakai, menurut W.Van Schmid yngg mengunjungi candi ini pada tahun 1856penduduk setempat menamakanya “Candi Cungkup”. Akhirnya nama yang sekarang dipakai adalah “Candi Singosari” karena letaknya diSingosari.
Candi Singosari (Sumber:http://www.candisingosari.html)
Ditinjau dari struktur candi secara umum, candi Singgosari menunjukakn penyimpangan bentuk badan yang terkesan menjulang ramping ditopang oleh kaki candi yang sangt tambun diatas btur. Kakicandiyang tambun itu ternyata adalah sebuah ubahan daribangunan induknya, sehingga tubuh candinya terngkat agak tinggi. Arca-arca ditempatkan pada kaki candi dalam bentuk bangunan. Tubuh vandinya dirancang tidak untukmemiliki ruangan tempat arca sebaia layaknya candi hindu. Sehingga gantinya dibuatkan relung-relung yang tidak terlalu dalam disetiap sisi dinding luar kearah empat penjuru mata angin.
Penyimpangan struktur yang demikian itu bukanlah merupakan hal yang kebetulan atas dasar kreatifitas dari arsitek pembangunnya. Tentunya ada sebab-sebab atau pertimbangan yang melatar belakangi kelokal geniusan akan rencana para arsiteknya, mengapa bentuk serta struktur candi Singosari dibangun seperti itu. Puncak – puncak dari bangunan penampil sekarang tampak pejal, seolah-olah puncaknya rata, oleh karena itulah bagian badan terkesan langsing menjulang, sementara bagian kaki terkesan gemuk tambun. Menurut perencanaan kembali di atas kertas yang dibuat oleh Leydie Melville, arsitektur candi Singosari merupakan bangunan induk dengan puncak yang menjulang tinggi, yang dikelilingi oleh empat bangunan penampil yang memiliki puncak lebih rendah dari puncak bangunan induknya.
Ditinjau dari struktur candi secara umum, candi Singgosari menunjukakn penyimpangan bentuk badan yang terkesan menjulang ramping ditopang oleh kaki candi yang sangt tambun diatas btur. Kakicandiyang tambun itu ternyata adalah sebuah ubahan daribangunan induknya, sehingga tubuh candinya terngkat agak tinggi. Arca-arca ditempatkan pada kaki candi dalam bentuk bangunan. Tubuh vandinya dirancang tidak untukmemiliki ruangan tempat arca sebaia layaknya candi hindu. Sehingga gantinya dibuatkan relung-relung yang tidak terlalu dalam disetiap sisi dinding luar kearah empat penjuru mata angin.
Penyimpangan struktur yang demikian itu bukanlah merupakan hal yang kebetulan atas dasar kreatifitas dari arsitek pembangunnya. Tentunya ada sebab-sebab atau pertimbangan yang melatar belakangi kelokal geniusan akan rencana para arsiteknya, mengapa bentuk serta struktur candi Singosari dibangun seperti itu. Puncak – puncak dari bangunan penampil sekarang tampak pejal, seolah-olah puncaknya rata, oleh karena itulah bagian badan terkesan langsing menjulang, sementara bagian kaki terkesan gemuk tambun. Menurut perencanaan kembali di atas kertas yang dibuat oleh Leydie Melville, arsitektur candi Singosari merupakan bangunan induk dengan puncak yang menjulang tinggi, yang dikelilingi oleh empat bangunan penampil yang memiliki puncak lebih rendah dari puncak bangunan induknya.
Candi Singosari hasil rekontruksi H.L.Leydie Melvile
(Sumber:http://hurahura.wordpress.com/2013/06/26/candi-singosari-dibangun-sebagai-pilar-kosmis-kerajaan-singasari/)
Uaraian Bangunan Candi.
1. Batur
Batur atau teras tersebut dapat dinaikidari arah barat memalui sebuah tangga buatan. Dahulu tangga asli ada dua dan terdapat dikanan kiri penampilan batur yang menjorok lebih kebarat didepan pintu masuk ruang utama. Sayaang bahwa teras yng menjorok tersebut batu-batuny tidak ditemuukan kembali, ehingga tidak dapat dipasang lagi sebagai mana mestinya
(Sumber:http://hurahura.wordpress.com/2013/06/26/candi-singosari-dibangun-sebagai-pilar-kosmis-kerajaan-singasari/)
Uaraian Bangunan Candi.
1. Batur
Batur atau teras tersebut dapat dinaikidari arah barat memalui sebuah tangga buatan. Dahulu tangga asli ada dua dan terdapat dikanan kiri penampilan batur yang menjorok lebih kebarat didepan pintu masuk ruang utama. Sayaang bahwa teras yng menjorok tersebut batu-batuny tidak ditemuukan kembali, ehingga tidak dapat dipasang lagi sebagai mana mestinya
Denah Bangunan Candi Singosari hasil rekontruksi H.L.Leydie
Melvile
(Sumber : http://probohindarto.wordpress.com/2010/06/29/candi-singosari-singhasari-temple/)
2. Diatas batur
Dapat dihadapkan dengan kaki candi yang sekaligus sebagai ruang utama ditengah, serta 5 ruangan yang mengelilingi. Ruang-ruang tersebut sekarang kosong tanpaarca kecuali ruang sisi selatan berisi arca Siwa Guru. Arca-Arca Candi singosari ini diambil dan disimpan di Museum Leiden.
Begitu masuk pintu utama pada kanan dan kiri pintu masuk terdapat ruang pengapit yang lebih kecil ruang sebelah utara pintu masuk dahulu ditempati arca Mahakala sedangkan ruang sebelah selatan dahulu ditempati arca Nandicwara. Mahkala adalah Dewa penjelmaan dari Dewa Siwa yang raut mukanyya seperti Raksasa cirri makala itumembawa gada. Sedangkan Nandicwara juga Dewa penjelmaan dari Dewa Siwa tetapi lebih tepatnya penjelmaan dari Lembi Nandi yang mendapat pancaran kekuatan Siwa. Karena kekuatan sakti Siwa itulah Lembu Nandi naik derajatnya menjadi manusia Dewa yaitu Nandicwara. Ciri dari Nandicwara adalah membawa senjata trisula milik Dwa Siwa. Mahakala dan Nandicwara tersebut berfungsi sebagai dewapenjaga pintu masuk kuil Dewa Siwa (Ruang utama).
(Sumber : http://probohindarto.wordpress.com/2010/06/29/candi-singosari-singhasari-temple/)
2. Diatas batur
Dapat dihadapkan dengan kaki candi yang sekaligus sebagai ruang utama ditengah, serta 5 ruangan yang mengelilingi. Ruang-ruang tersebut sekarang kosong tanpaarca kecuali ruang sisi selatan berisi arca Siwa Guru. Arca-Arca Candi singosari ini diambil dan disimpan di Museum Leiden.
Begitu masuk pintu utama pada kanan dan kiri pintu masuk terdapat ruang pengapit yang lebih kecil ruang sebelah utara pintu masuk dahulu ditempati arca Mahakala sedangkan ruang sebelah selatan dahulu ditempati arca Nandicwara. Mahkala adalah Dewa penjelmaan dari Dewa Siwa yang raut mukanyya seperti Raksasa cirri makala itumembawa gada. Sedangkan Nandicwara juga Dewa penjelmaan dari Dewa Siwa tetapi lebih tepatnya penjelmaan dari Lembi Nandi yang mendapat pancaran kekuatan Siwa. Karena kekuatan sakti Siwa itulah Lembu Nandi naik derajatnya menjadi manusia Dewa yaitu Nandicwara. Ciri dari Nandicwara adalah membawa senjata trisula milik Dwa Siwa. Mahakala dan Nandicwara tersebut berfungsi sebagai dewapenjaga pintu masuk kuil Dewa Siwa (Ruang utama).
Arca Nandicsawara dan ArcaMahkala Candi Singosari
(Sumber : http://probohindarto.wordpress.com/2010/06/29/candi-singosari-singhasari-temple/)
Didalam ruang utama, yang kita dapati sekarang hanyalah sebuah pedestal (landasan) yang sudah rusak dari sebuah arca Siwa Bhairawa, bentuk Siwa tersebut digambarkan jongkok duduk diatas srigala. Sedangkan kaki kiri bertumpu pada lapik-lapik tengkorak, tubuh seluruhnya telanjang dan hanya ditutupi cawat, hiasan yang dipakai ditubuhnya terdiri dari hiasan tengkorak. Bentang tangan masing-masing membawa Trisula,pisau,gendang serta mangkuk tengkorak,muka berbentuk raksasa.
Ruang sisi utara ditempati oleh arca Durga yang sekarang sudah tidak ada ditempatnya. Durga adalah bentuk Dewi Uma parwati (istri Siwa) dalam penjelmaanya yang bersifat Demonis (raksasa). Disini durga diwujudkan sebagai Durgamanisasuramadini, yaitu bentuk durga ketika berperang melawan raksasa (Asula) yang mengacau kahyangan. Durga bertangan delapan dengan senjata-senjata milik para dewa menghajar raja raksasa karena merasa gusar raksasa arsula berubah wujud sebagai lembu (mahisa).
(Sumber : http://probohindarto.wordpress.com/2010/06/29/candi-singosari-singhasari-temple/)
Didalam ruang utama, yang kita dapati sekarang hanyalah sebuah pedestal (landasan) yang sudah rusak dari sebuah arca Siwa Bhairawa, bentuk Siwa tersebut digambarkan jongkok duduk diatas srigala. Sedangkan kaki kiri bertumpu pada lapik-lapik tengkorak, tubuh seluruhnya telanjang dan hanya ditutupi cawat, hiasan yang dipakai ditubuhnya terdiri dari hiasan tengkorak. Bentang tangan masing-masing membawa Trisula,pisau,gendang serta mangkuk tengkorak,muka berbentuk raksasa.
Ruang sisi utara ditempati oleh arca Durga yang sekarang sudah tidak ada ditempatnya. Durga adalah bentuk Dewi Uma parwati (istri Siwa) dalam penjelmaanya yang bersifat Demonis (raksasa). Disini durga diwujudkan sebagai Durgamanisasuramadini, yaitu bentuk durga ketika berperang melawan raksasa (Asula) yang mengacau kahyangan. Durga bertangan delapan dengan senjata-senjata milik para dewa menghajar raja raksasa karena merasa gusar raksasa arsula berubah wujud sebagai lembu (mahisa).
Arca Siwa Bhairama dan Arca Dewi Dugamanisasurmrdini Candi Singosari
(Sumber : http://ariesaksono.wordpress.com/2008/01/21/arca-siwa-bhairawa-museum-nasional-jakarta/)
Ruang sisi timur ditempati oleh arca Dewa Ganesya yang sekarang juga sudah tidak lagi ditempatinya. Dewa Ganesya adalah putra Dewa Siwa ddengan Dewi Uma Parwati. Ia digambarkan seperti anak-anaak yang gemuk, perut buncit dan berkepala gajah. Sebabnya berkepala gajah banyak versiyang menceritakan ecr berlainan. Versi yang ditulis oleh Mpu Dharmja dari jaman Kerajan Kedirimenceritakan ketika DewiParwati sedang mengndung, ia dikejutkan oleh kendaran Dewa Indra yaitu seekor gajah yang sangat besar yang bernama Airawata yang dibawa oleh Dewa Indra untuk mengunjungi Dewi Parwati. Karena terkejut yang amat sangat akhirnya bayi yang dikandungnya lahir, bayi tersebut berkepala gajah. Dewa Ganesya digambarkan duduk, bertangan empat, senjata yang dibawanya kapak dan tasbih, tidak ketinggaln membawa mangkuk. Dewa Ganesya adalah Dewa l ini dilambangkan oleh bellaiyyng terus menerus menghisap madu dalam mangkuk yang dibawa, sert perutnya yang gendut (lmabodhara) juga sebagai Dewa penghancur rintangan (Wigneswara) kerena sifatny itulah orang sering memohon perlindungan menyebut Om Awignam Astu.
Ruang sisi Selatan berisi arca Resi Guru atau disebut juga Siwa Guru. Dalam hal ini sering arca ini terkenal dengan sebutan Resi Agastya. Arca ini sekarang masih ditempatkanya. Siwa Guru adalah bentuk dewa Siwa sebagai Resi Guru ,yaitu guru dari para resi. Oleh sebab itu ia digambarkan sebagai seorang tua yang berjanggut dan berkumis tebal. Memakai sorban atau terkadang rambutnya disanggul, membawa tasbih dan kendi Amerta. Pada puncak kiri terdapat kebut lalat (camara), sedangkan pada sisi kanan terddapat seenjata Trisula. Perut buncit (lambodhara) menandakan bahwa ia putus dalam berbagai ilmu keagamaan. Dibagian kiri bawah terdapat tmbuhan teratai merah yang keluar dari umbinya (suatu tanda dari kesenian Singhasari).
(Sumber : http://ariesaksono.wordpress.com/2008/01/21/arca-siwa-bhairawa-museum-nasional-jakarta/)
Ruang sisi timur ditempati oleh arca Dewa Ganesya yang sekarang juga sudah tidak lagi ditempatinya. Dewa Ganesya adalah putra Dewa Siwa ddengan Dewi Uma Parwati. Ia digambarkan seperti anak-anaak yang gemuk, perut buncit dan berkepala gajah. Sebabnya berkepala gajah banyak versiyang menceritakan ecr berlainan. Versi yang ditulis oleh Mpu Dharmja dari jaman Kerajan Kedirimenceritakan ketika DewiParwati sedang mengndung, ia dikejutkan oleh kendaran Dewa Indra yaitu seekor gajah yang sangat besar yang bernama Airawata yang dibawa oleh Dewa Indra untuk mengunjungi Dewi Parwati. Karena terkejut yang amat sangat akhirnya bayi yang dikandungnya lahir, bayi tersebut berkepala gajah. Dewa Ganesya digambarkan duduk, bertangan empat, senjata yang dibawanya kapak dan tasbih, tidak ketinggaln membawa mangkuk. Dewa Ganesya adalah Dewa l ini dilambangkan oleh bellaiyyng terus menerus menghisap madu dalam mangkuk yang dibawa, sert perutnya yang gendut (lmabodhara) juga sebagai Dewa penghancur rintangan (Wigneswara) kerena sifatny itulah orang sering memohon perlindungan menyebut Om Awignam Astu.
Ruang sisi Selatan berisi arca Resi Guru atau disebut juga Siwa Guru. Dalam hal ini sering arca ini terkenal dengan sebutan Resi Agastya. Arca ini sekarang masih ditempatkanya. Siwa Guru adalah bentuk dewa Siwa sebagai Resi Guru ,yaitu guru dari para resi. Oleh sebab itu ia digambarkan sebagai seorang tua yang berjanggut dan berkumis tebal. Memakai sorban atau terkadang rambutnya disanggul, membawa tasbih dan kendi Amerta. Pada puncak kiri terdapat kebut lalat (camara), sedangkan pada sisi kanan terddapat seenjata Trisula. Perut buncit (lambodhara) menandakan bahwa ia putus dalam berbagai ilmu keagamaan. Dibagian kiri bawah terdapat tmbuhan teratai merah yang keluar dari umbinya (suatu tanda dari kesenian Singhasari).
Arca Syiwa Maha guru dan
Arca Ganesya Candi Singosari
(http://ariesaksono.wordpress.com/2008/01/21/arca-siwa-bhairawa-museum-nasional-jakarta/).3. Badan Candi
Badan Candi yang langsing ini terdapat empat relung dimasing-masing sisinya. Tidak ada tanta-tanda bahwa ruang celah itu dahulu berisi arca, tau memang ruang celah tersebut tidak perlu diisi arca-arca, mengingat posisi ruang celah tersebut kurang cukup dalam untuk tempat sebuah arca. Dalam system pantheon dari aliran Saiwa Sidhanta, ala mini dibagi menjadi tiga baagian. Ada alam Niskala (tak berwujud), tempat Paramasiwa bersemayam. Kedudukanya dialam atas. Tidak berwujud , tidak dapat dibayangkan, tetapi ada pada bagian candi diwakili oleh puncak kemudian ada alam sakala-niskala (alam wujud-tak berwujud). Ala mini merupakan alam antara, dan didudukakan oleh Sadasiwa dengan empat aspekbya yng kesemuanya seebeenarnyapenjelmaan Siwa juga. Mereka itu adalah Siwa, Wisnu, Brahma dan Maheswara sedangkan alam bawah adalah alam skala (alam wujud) yaitu bagian kaki candi yang dikuasai oleh Maheswara.
Pada Candi Singosari Badan Candi melambangkan alam Sakala-Niskala yaitu alam antara, Alam ini dikuassai Dewa Siwa sebagai Sadasiwa dengan keempat aspeknya. Sadasiwa sendiri berada pada setiap penjuru mata angin, Siwadibarat, Wisnu diutara, Brahma Diselatan dan Mahesa ditimur.Walaupun dalam kenyataanya ruang celah tersebut tidak berarca, namun ruang celah tersebut sudah menunjukakn tempat dewa-dewa tadi. Ruang celah pada tubuh candi yangmerupakan alam selala-niskal telah dibuktikan secarateknis oleh struktur bangunanya.
2. Atap atau Puncak Candi
Atap candi adalah bagian atas candi yang menjadi simbol dunia atas atau swarloka. Atap candi selalu terdiri atas susunan bertingkatan, yang pada umunya semakin ke atas semakin kecil ukurannya yang bagian ujungnya di beri semacam ratna atau stupa. Perumpamaaan puncak candi sebagai gunung Meru ini semakin diperkuatkan dengan 4 buah gundukan diatas masing-masing ruang candi
Hal ini disesuikan dengan topografi gunung Meru diIndia yang dikelilingi oleh 4 gunung kecil-kecil. Sama seperti gunung Penanggunagn di Pandaan yang dianggap sebagai symbol puncak gunung Meru atau disebut Mahameru. Selain bentuk fisiknya yang sempurna kerucut, gunung penenanggungan juga dikelilingioleh 4 buah gunung kecil-kecil diempat arah mtaa anginya.
Dalam kitab kuno Tantu penggelaran diceritakan bahwa suatu ketika gunung Meru di india, sebagai symbol pusat alam raya, harus dipindahkan ke Jawa (untuk mengesahkan Jaw sebagai Jamdwipa baru). Dalam perjalananya banyak bagian-bagian gunung Meru itu yng terjatuh berceceran sehingg membentuk rangkaian gunung-gunungmulai sari India, Bangladest, Myanmar, Thailand, Sumatera, dan Jawa seperti sekarang ini.
Gunung Meru di India selanjutnya berubah menjadi gunungemeru, sementara puncaknya, gunung Pawitra atau Mahameru, diidentifikasi sebagaigunung Penanggungan. Maka saat itu menjadi pusat alam raya dengan segala isi dan filosofinya, bukan lagi diIndia.
(http://ariesaksono.wordpress.com/2008/01/21/arca-siwa-bhairawa-museum-nasional-jakarta/).3. Badan Candi
Badan Candi yang langsing ini terdapat empat relung dimasing-masing sisinya. Tidak ada tanta-tanda bahwa ruang celah itu dahulu berisi arca, tau memang ruang celah tersebut tidak perlu diisi arca-arca, mengingat posisi ruang celah tersebut kurang cukup dalam untuk tempat sebuah arca. Dalam system pantheon dari aliran Saiwa Sidhanta, ala mini dibagi menjadi tiga baagian. Ada alam Niskala (tak berwujud), tempat Paramasiwa bersemayam. Kedudukanya dialam atas. Tidak berwujud , tidak dapat dibayangkan, tetapi ada pada bagian candi diwakili oleh puncak kemudian ada alam sakala-niskala (alam wujud-tak berwujud). Ala mini merupakan alam antara, dan didudukakan oleh Sadasiwa dengan empat aspekbya yng kesemuanya seebeenarnyapenjelmaan Siwa juga. Mereka itu adalah Siwa, Wisnu, Brahma dan Maheswara sedangkan alam bawah adalah alam skala (alam wujud) yaitu bagian kaki candi yang dikuasai oleh Maheswara.
Pada Candi Singosari Badan Candi melambangkan alam Sakala-Niskala yaitu alam antara, Alam ini dikuassai Dewa Siwa sebagai Sadasiwa dengan keempat aspeknya. Sadasiwa sendiri berada pada setiap penjuru mata angin, Siwadibarat, Wisnu diutara, Brahma Diselatan dan Mahesa ditimur.Walaupun dalam kenyataanya ruang celah tersebut tidak berarca, namun ruang celah tersebut sudah menunjukakn tempat dewa-dewa tadi. Ruang celah pada tubuh candi yangmerupakan alam selala-niskal telah dibuktikan secarateknis oleh struktur bangunanya.
2. Atap atau Puncak Candi
Atap candi adalah bagian atas candi yang menjadi simbol dunia atas atau swarloka. Atap candi selalu terdiri atas susunan bertingkatan, yang pada umunya semakin ke atas semakin kecil ukurannya yang bagian ujungnya di beri semacam ratna atau stupa. Perumpamaaan puncak candi sebagai gunung Meru ini semakin diperkuatkan dengan 4 buah gundukan diatas masing-masing ruang candi
Hal ini disesuikan dengan topografi gunung Meru diIndia yang dikelilingi oleh 4 gunung kecil-kecil. Sama seperti gunung Penanggunagn di Pandaan yang dianggap sebagai symbol puncak gunung Meru atau disebut Mahameru. Selain bentuk fisiknya yang sempurna kerucut, gunung penenanggungan juga dikelilingioleh 4 buah gunung kecil-kecil diempat arah mtaa anginya.
Dalam kitab kuno Tantu penggelaran diceritakan bahwa suatu ketika gunung Meru di india, sebagai symbol pusat alam raya, harus dipindahkan ke Jawa (untuk mengesahkan Jaw sebagai Jamdwipa baru). Dalam perjalananya banyak bagian-bagian gunung Meru itu yng terjatuh berceceran sehingg membentuk rangkaian gunung-gunungmulai sari India, Bangladest, Myanmar, Thailand, Sumatera, dan Jawa seperti sekarang ini.
Gunung Meru di India selanjutnya berubah menjadi gunungemeru, sementara puncaknya, gunung Pawitra atau Mahameru, diidentifikasi sebagaigunung Penanggungan. Maka saat itu menjadi pusat alam raya dengan segala isi dan filosofinya, bukan lagi diIndia.